Penyebaran Robot Telepresence di Ruang Gawat Darurat

Film terkenal I, Robot (2004) didasarkan pada kumpulan sembilan cerita pendek karya penulis fiksi ilmiah Isaac Asimov. Kisah-kisah tersebut awalnya muncul di majalah fiksi ilmiah antara tahun 1940 dan 1950, tahun ketika mereka pertama kali diterbitkan bersama dalam bentuk buku.

 Peristiwa cerita terjadi pada tahun 2035, di mana robot yang sangat cerdas mengisi posisi layanan publik di seluruh dunia. Dengan adanya riset dan perkembangan teknologi terkini tentang kecerdasan buatan, novel fiksi ilmiah ini ternyata menyematkan visi futuristik yang bisa diimplementasikan dalam waktu dekat.

Ini menjadi konsep non-fiksi terutama di sektor perawatan kesehatan. Kita telah mencapai tahap dimana mendengar ungkapan “Dr. Robot ”sepertinya bukan sesuatu yang aneh yang akan kita dengar di rumah sakit masa depan kita.

Faktanya, penempatan staf medis robotik dengan kecerdasan buatan tidak hanya untuk mendemonstrasikan kemajuan teknologi tinggi manusia. Sebenarnya hal tersebut merupakan suatu kebutuhan, terutama di beberapa area rawan sebuah rumah sakit seperti ruang gawat darurat (IGD).

Menurut Mitch Wilkes, direktur asosiasi dari Center for Intelligent Systems dan profesor teknik elektro dan komputer di Vanderbilt University, kami tidak akan pernah mendengar cerita tentang pasien yang sekarat di ruang gawat darurat setelah menunggu sangat lama jika staf robot dapat membantu mempercepat proses triase ER. 

Dia menulis makalah yang menggambarkan ruang tunggu UGD yang dikelola oleh kios elektronik (seperti yang ada di bandara) di meja pendaftaran. Satu atau dua robot seluler mungkin memantau pasien di ruang tunggu.

Beberapa robot, seperti SIFROBOT-1.0, dapat bekerja sebagai asisten pendaftaran, mampu melakukan beberapa percakapan dasar seperti manusia dengan pasien dan mengumpulkan data dasar termasuk data diagnostik sederhana. Robot telepresence: SIFROBOT-1.0 memungkinkan dokter untuk hadir secara virtual di samping pasien mereka. Mereka dapat menanyakan keluhan pasien, sakit mana, tingkat nyeri dan meminta pasien untuk mengukur suhu tubuhnya sendiri kemudian mengirimkan semua data ke staf klinis.

Robot ini bertindak sebagai kios pintar seluler, yang terdiri dari layar sentuh sensitif, kamera definisi tinggi, seluruh rangkaian mikrofon, dan pengeras suara. Yang terpenting, robot dapat memproses bahasa dan mendapatkan pujian melalui instruksi vokal.

Fitur penting lainnya adalah proyektor video yang dimiliki robot. Ini memberi dokter kemampuan untuk berkomunikasi dari jarak jauh dengan semua orang di ruang gawat darurat, perawat atau pasien, tanpa perlu hadir secara fisik di rumah sakit.

Robot dengan kecerdasan buatan dianggap oleh banyak pengamat sebagai teknologi masa depan yang dapat menjamin layanan perawatan kesehatan yang lebih baik untuk pasien dengan kondisi kritis di ruang tunggu UGD. Karena meningkatkan alur kerja dan memastikan pelabelan pasien dengan cepat yang membantu dokter memutuskan pasien mana yang perlu diprioritaskan dan dirawat terlebih dahulu.

Referensi: Sistem dan Teknologi Cerdas dalam Rekayasa Rehabilitasi.

[landasan peluncuran_umpan balik]

Penafian: Informasi yang diberikan dalam artikel ini hanya untuk tujuan penjelasan. SIFSOF tidak bertanggung jawab baik atas penyalahgunaan maupun penggunaan robot yang salah atau acak.

Gulir ke Atas